Konnichiwa, Minna-san... ^^
Kali ini aku akan kembali mem-post fanfic ku. Tapi jangan terkejut jika kalian menemukan fanficku ini di Fanfiction.net...
Karena aku memang sudah mem-post fanficku ini disana...
Tittle : You Can to Cry
Author : Lune Sonya
Disclaimer : Yusei Matsui
Disclaimer : Yusei Matsui
Genre : Hurt/comfort and Friendship (?)
Main Cast : Akabane Karma dan Shiota Nagisa
Masih ada rasa duka di hati para murid kelas 3-e pastinya.
Mana mungkin mereka tidak merasa sedih saat mereka kehilangan seorang guru yang
selalu mempunyai seribu cara untuk membuat mereka melupakan permasalahan
sekolah mereka. Bahkan Karma dan Rio yang merupakan murid paling jahil di kelas
seperti kehilangan ide-ide jahil mereka. Ya, itulah situasi di kelas 3-E setelah
mereka kehilangan guru mereka, Koro-sensei.
Disclaimer:
Ansatsu Kyoushitsu bukan milikku tapi milik Yusei Matsui-sama.
Di sini aku hanya meminjam character mereka saja.
Seorang anak dengan rambut berwarna biru muda terlihat
sedang duduk merenung sendirian di pinggir kolam yang ada di dalam hutan dekat
dengan kelasnya, kelas 3-E. Anak itu adalah Shiota Nagisa. Nagisa terlihat
memandang ke arah air dengan pandangan yang tak menentu. Dia mengambil pisau
dari sakunya dan memandangnya.
"Yo, Nagisa !"sapa seorang anak berambut merah dan
duduk di sebelah Nagisa. Anak itu adalah Akabane Karma.
"Jangan mengejutkanku seperti itu, Karma,"kata Nagisa
dan memukul lengan Karma.
"Apa yang membuatmu duduk di sini sendirian ?"tanya
Karma dengan heran.
"Tidak apa-apa, Karma. Lagipula aku masih belum berniat
untuk pulang,"jawab Nagisa sambil tersenyum.
Karma hanya mengangkat bahu dan ikut terdiam di sebelah Nagisa.
Suasana di sekitar mereka terasa begitu hening. Sama sekali tidak ada
percakapan. Karma menatap me arah sahabat pendeknya itu dengan heran. Nagisa memang
selalu terlihat tenang setiap saat. Tapi saat ini sikap tenangnya terlihat
aneh. Terlihat lebih mudah dibaca.
"Nagisa, apakah ada sesuatu yang sedang mengganggu
pikiranmu ?"tanya Karma memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Tidak. Tidak ada yang sedang kupikirkan saat ini, Karma.
Memangnya ada apa ?"Jawab Nagisa balik bertanya.
"Tidak apa-apa,"kata Karma. "Nagisa, ada yang
ingin kukatakan padamu."
"Hm ? Apa yang ingin kau katakan, Karma ?"tanya
Nagisa dengan bingung. "Sejak tadi saja kau sudah berbicara."
"Maaf membuatmu yang membunuh Koro-sensei. Harusnya
saat itu aku saja yang membunuhnya,"kata Karma dan memandang ke depan.
"Tidak apa-apa, Karma. Lagipula aku bukankah itu sudah
tugas kelas kita untuk membunuhnya ?"jawab Nagisa sambil tersenyum.
"Tidak perlu berbohong seperti itu, Nagisa. Aku tahu
jika kau sedari tadi memikirkan tentang Koro-sensei bukan ? Bukankah dulu kau
berada di tim yang menentang membunuh Koro-sensei,"kata Karma.
"Aku sama sekali tidak berbohong, Karma. Lagipula
walaupun Koro-sensei sudah tidak ada, aku masih menganggapnya sebagai sensei
yang terbaik,"jawab Nagisa.
Suasana kembali hening kembali. Mereka masing-masing sibuk
dengan pemikiran mereka masing-masing. Ya, Karma merasa kesal dengan sikap keras
kepala Nagisa yang tidak mau luntur. Oh ayolah, jika dua orang keras kepala
terus berdebat mungkin sampai lebaran kucing pun tidak akan selesai. Bahkan
mereka berdua masih berada di sana saat matahari sudah mulai turun.
"Mau sampai kapan ?"tanya Karma sambil menatap
lurus ke depan.
"Ah kau benar juga, Karma. Ayo kita pulang sekarang
!"jawab Nagisa sambil tersenyum dan berdiri.
"Mau sampai kapan ?"Karma kembali mengulang pertanyaannya
dan membuat Nagisa mengernyitkan dahinya. Bingung.
"Apa maksudmu itu, Karma ? Bukankah kita akan pulang sekarang
?"jawab Nagisa dengan bingung.
"Mau sampai kapan kau terus berbohong dan memakai topengmu
? Mau sampai kapan ?"tanya Karma dan menatap Nagisa yang sudah berdiri
tersebut.
Nagisa terdiam mendengar pertanyaan Karma. Jujur saja pertanyaan
Karma itu menohok hatinya. Nagisa sama sekali tidak menjawab apa-apa dan hanya
menundukkan kepalanya. Karma yang tidak mendengar jawaban Nagisa berdiri dan menatap
ke arah sahabatnya tersebut.
"Jika kau memang merasa ingin menangis, menangislah.
Lagipula kau tidak boleh menjadi orang lain di depan sahabatmu ini. Jadilah
dirimu sendiri saat ini,"kata Karma.
"Menangis ? Jika aku menangis aku akan terlihat seperti
wanita, Karma,"jawab Nagisa sambil terkekeh.
"Lalu, apakah seorang pria tidak boleh menangis saat dia
sedang merasa senang ataupun sedih ? Kakak yang mirip denganku tapi beda fandom
yang sama sepertimu juga pernah menangis,"kata Karma dengan absurd.
Nagisa hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh
Karma. Ya, dia memang sangat ingin menangis saat ini. Dia ingin mengeluarkan
rasa sesak di dalam hatinya. Dia ingin meluapkan semua emosinya. Tapi dia sadar.
Jika dia menangis, itu tidak akan merubah segalanya.
Karma menghampiri Nagisa yang sedari tadi masih menundukkan
kepalanya. Bahu Nagisa terlihat bergetar karena menahan tangisnya. Karma memeluk
Nagisa dan membuat tangis Nagisa pecah. Dia mengelus punggung Nagisa dengan
lembut dan Nagisa masih terus menangis tanpa suara.
Mereka terus dalam posisi tersebut sampai matahari benar-benar
menghilang dari pandangan mereka. Hingga akhirnya Nagisa sudah merasa tenang
dan meminta maaf pada Karma karena sudah membuat pakaian bagian depan Karma
menjadi basah. Karma sendiri sama sekali
tidak memepermasalahkan dan menggelengkan kepalanya.
"Jadi, apa yang
kau sudah merasa tenang sekarang ?"Tanya Karma sambil mengambil tasnya.
"Hahaha, ya. Aku sudah merasa lebih baik daripada yang
sebelumnya,"jawab Nagisa sambil tersenyum. "Hah, aku benar-benar
terlihat seperti perempuan saja tadi."
"Ya, kau benar-benar terlihat seperti perempuan,
Nagisa,"kata Karma sambil mebunjukkan foto yang dia ambil tadi.
Wajah Nagisa memerah karena malu melihat foto tersebut.
"Aaaargh ! Cepat hapus foto itu Karma !"
"Kenapa aku harus menghapusnya ? Toh, ini nanti bisa
aku tunjukkan pada murid-muridmu nantinya,"jawab Katma sambil menjulurkan lidahnya
sebelum dia kabur dari serangan Nagisa.
Yah, memang pada akhirnya menangis tidak akan bisa mengubah
apapun. Tapi apabila dengan menangis bisa mebghilangkan rasa sesak yang ada di
dalam hati, itu sama sekali bukan masalah bukan ? Kehadiran seorang teman juga
cukup penting untuk menyemarakkan suasana hati yang sedang bersedih bukan ?
.
.
.
.
.
.
.
.
THE END
Author Note:
Aaaaarrrgghh nulis
apaan aku ini ?!?!? Ok, abaikan #plaak.
Jadi, ff ini aku buat
setelah aku baca chapter 176-177. Sumpah, aku baca chapter itu sambil nangis-nangis
dan langsung kepikiran tentang ff ini. T_T
Nagisa kok masih tetep
aja Ya waktu Jadi guru. Tapi kuakui kalau dia kok makin cantik banget sih #dibunuhNagisa.
Ok ini aja yang pengen
aku katakan para reader. Ini adalah ff pertamaku di fandom ini jadi tolong
jangan flame atau bash ya...!!! Arigatou gozaimasu...!!!
Do you mind to review
?