Konnichiwa, Minna-san... ^^
Kali ini aku akan kembali mem-post fanfic ku. Tapi jangan terkejut jika kalian menemukan fanficku ini di Fanfiction.net...
Karena aku memang sudah mem-post fanficku ini disana...
Tittle : Long Distance Relationship
Author : Lune Sonya
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Genre : Romance, and Drama
Main Cast : Akashi Seijuuro and Kuroko Tetsuya
Rating : T
Summary :
Bagaimana ya reaksi Kuroko saat mengetahui Akashi sedang 'berkencan' dengan orang lain ? #LateValentine #AkaKuro
Summary :
Bagaimana ya reaksi Kuroko saat mengetahui Akashi sedang 'berkencan' dengan orang lain ? #LateValentine #AkaKuro
Hari ini Kuroko bangun lebih
siang daripada biasanya. Kemarin malam dia tidur terlalu larut karena membuat
cokelat untuk kekasihnya. Oh jangan salah sangka. Walaupun dia berwajah datar
seperti papan triplek, dia sudah mempunyai kekasih. Yah walaupun kekasihnya itu
terkenal dengan julukan psikopat, tetapi kekasihnya selalu berhasil bersikap
romantis di depannya.
Kuroko melihat ke arah jam
yang ada di kamarnya. Masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum dia bertemu dengan
kekasihnya tersebut. Hubungan jarak jauh memang terkadang bisa membuatnya
tersiksa.
Disclaimer :
Kuroko no Basuke bukan milikku ! Tapi
milik om Tadayoshi. Disini aku cuma minjem characternya aja !
"Kamu bangun lebih siang
dari biasanya, Tetsu-kun. Apakah semalam cokelatnya berhasil ?" sapa ibunya
saat melihat Kuroko masuk ke dapur.
Wajah Kuroko memang terlihat
datar. Tapi bisa terlihat semburat merah tipis di kedua pipinya. "Selamat
pagi, Kaasan."
Kuroko berusaha mengabaikan
godaan dari ibunya yang semakin menjadi-jadi dengan berpura-pura bermain dengan
Nigou.
"Bukankah kamu ada janji
untuk bertemu dengan Akashi-kun hari ini, Tetsu-kun ? Apakah kamu tidak
terlambat ?"tanya ibunya.
"Ah, Kaasan benar. Kalau
begitu aku pergi dulu, Kaasan. Ittekimasu !"
Kuroko dengan segera
menyelesaikan sarapannya dan merapikan penampilannya. Tak lupa juga dia membawa
cokelat yang sudah susah payah kemarin dia buat (karena selama ini dia hanya
bisa membuat telur rebus).
Kuroko mencari-cari keberadaan
Akashi di taman. Tapi dia sama sekali tidak menemukannya. Mungkin Akashi masih
dalam perjalanan. Kuroko memilih untuk duduk di sana dan mengamati
sekelilingnya. Bersyukurlah dia dengan hawa keberadaannya yang tipis sehingga
tidak ada orang yang menyadari keberadaannya.
Suasana tenang tersebut
langsung berubah saat dia mendengar sebuah suara yang memekakkan telinga.
"Hidoi ssu ! Kenapa Daikicchi
memuntahkan cokelat yang sudah susah payah aku buat kemarin !" protes
sebuah suara yang sudah sangat dikenal Kuroko.
"Aku tidak akan
memuntahkannya jika cokelat ini enak, Ryota ! Lagipula apa saat sedang membuatnya
kau sama sekali tidak mencobanya ?"jawab laki-laki dengan surai biru tua
tersebut.
Kuroko memandang ke arah sepasang
kekasih yang sedang bertengkar tersebut dengan datar. Dua orang itu adalah Kise
Ryouta dan Aomine Daiki. Mantan teman se-timnya dulu. Kuroko menghampiri sepasang
kekasih yang sedang saling memaki tersebut.
"Kise-kun, Aomine-kun,
kalian terlalu berisik," kata Kuroko dengan datarnya.
Pasangan ribut itu terkejut
saat melihat Kuroko yang sudah berdiri di depan mereka. Hawa keberadaan Kuroko
memang dapat menyebabkan penyakit jantung.
"Apa yang sedang kau lakukan
disini, Tetsu ?" tanya Aomine dengan heran.
"Aku sedang menunggu Sei-kun,
Aomine-kun. Lalu apa yang sedang kalian
lakukan dengan berteriak-teriak seperti orang gila ?" Kuroko balik
bertanya.
"Jangan menghina kami
gila, Kurokocchi ! Kami berdua masih waras kok," protes Kise dengan manja.
"Aku tidak menghina
kalian gila, aku hanya mengatakan seperti saja, Kise-kun," jawab Kuroko.
"Apa yang sedang kau lakukan
di sini sendirian, Tetsu ?"tanya Aomine dengan heran. Apalagi dia juga tidak
melihat keberadaan kapten psikopatnya tersebut.
"Aku sedang menunggu
Sei-kun. Hari ini kami akan jalan-jalan bersama," jawab Kuroko.
"Eh ? Kurokocchi sedang
menunggu Akashicchi ? Kurokocchi belum melihat SNS ?" tanya Kise dengan
heran.
"SNS ? Memangnya ada apa
Kise-kun ?" tanya Kuroko dengan heran.
Belum sempat Kise menjawab,
Aomine langsung menarik Kise. "Maaf, Tetsu ! Kami ada urusan ! Kami pergi
dulu !"
Kuroko hanya memandang kepetgian
kedua temannya itu dengan heran. Tapi Kuroko sama sekali tidak
memperdulikannya. Kuroko melihat ponselnya, siapa tahu ada pesan dari Akashi.
Tapi sayangnya nihil.
"Sei-kun aku sudah sampai di taman sedari tadi.
Apakah perjalananmu masih lama ? Aku menunggumu."
Sudah lama Kuroko menunggu
tetapi Akashi masih belum datang juga. Bahkan sejak tadi dia terus mengirim
pesan tapi sama sekali tidak ada balasan. Kuroko merapatkan syalnya saat angin
berhembus. Akashi belum membalas pesannya sama sekali dan sekarang sudah melewati
waktu makan siangnya.
Kuroko teringat dengan
perkataan Kise tentang SNS. Jika tidak salah tadi Kise menyinggung tentang SNS
saat dia sedang membahas Akashi. Karena penasaran, Kuroko pun membuka akun SNS
miliknya.
Kuroko memandang layar ponselnya
dengan datar tetapi matanya terlihat terkejut dan juga kecewa. Bagaimana tidak
? Dia melihat Akashi mengunggah sebuah foto di SNS bersama dengan managernya.
Tapi bukan itu saja, posisis mereka di sebuah tempat perbelanjaan dan terlihat
seperti -kencan ? Bahkan terdapat emoticon love di sana. Karena merasa kecewa
Kuroko langsung pulang ke rumah.
"Kamu sudah pulang,
Tetsu-kun ? Dimana Akashi-kun ?" tanya ibunya saat melihat Kuroko datang.
Kuroko tidak menjawab sama sekali
dan langsung memeluk ibunya.
"Se-Sei-kun masih ada urusan di Kyoto, Kaasan. Jadi, dia tidak bisa...
datang."
"Sudah. Jangan kecewa
seperti itu. Sekarang lebih baik kamu makan siabg dulu. Ayo makan bersama
!" hibur ibunya.
Kuroko hanya mengangguk. Selesai
makan siang, Kuroko kembali ke kamarnya dan berbaring. Dia kembali melihat foto
tadi. Kuroko mematikan ponselnya dan melemparnya dengan asal. Dia tidak peduli apabila
ponselnya itu rusak karena hatinya terasa sangat sakit kali ini.
Malam hari pun tiba. Kuroko
masih meringkuk di balik selimutnya yang hangat. Dia memang sudah terbangun sejak
tadi. Tapi dia sama sekali tidak tertarik untuk keluar dari sana. Bahkan dia
juga menolak untuk makan malam bersama. Sehingga ibunya membawakan makan malam
ke kamarnya. Itupun sama sekali tidak disentuhnya. Dia hanya keluar untuk mandi
saja tadi.
Dia melihat ke arah ponselnya
yang tergeletak di meja. Dia sama sekali
belum menyentuhnya sejak siang tadi. Kuroko masih merasa kesal dengan ulah
Akashi tadi tapi di sisi lain dia juga
penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Akashi sekarang. Setelah cukup lama
berpikir, Kuroko mengambil ponsel dan menyalakannya.
Di balik wajah datarnya
tersebut, Kuroko terkejut saat melihat banyaknya pesan dan juga panggilan dari
Akashi. Memang hanya pesan-pesan singkat saja yang menanyakan keberadaannya. Hah,
kekasihnya itu memang benar-benar tidak peka.
Saat Kuroko akan mematikan
ponselnya kembali, sebuah pesan masuk. Ternyata pesan itu dari Akashi. Dengan segera
Kuroko membaca pesan yang hanya terdiri dari tiga kalimat tersebut.
"Aku tahu jika kamu sedang membaca pesanku saat
ini. Datanglah ke lapangan basket yang ada di dekat rumahmu. Aku menunggumu
sampai kau datang."
Kuroko membaca pesan itu
dengan datar. Dia merasa sangat bingung saat ini. Haruskah dia datang ? Tapi dia
sedang marah dengan Akashi ? Tapi dia juga tidak ingin membuat Akashi
menunggunya seperti itu. Setelah lama berpikir, Kuroko akhirnya memutuskan
untuk mengabaikannya saja.
Sudah satu jam berlalu sejak
pesan dari Akashi itu datang. Kuroko memandang ke arah ponselnya dengan cemas. Karena
cemas, akhirnya Kuroko memutuskan untuk memeriksanya. dengan segera dia memakai
mantelnya dan membawa ponsel serta cokelat. Tak lupa juga dia berpamitan pada
ibunya.
Kuroko berlari ke arah
lapangan basket yang dimaksud oleh Akashi tadi. Sesampainya di sana dia melihat
Akashi yang sedang bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang dimasukkan
ke saku mantelnya. Akashi tersenyum lembut ke arahnya.
"Aku sudah menunggumu
sedaribtadi, Tetsuya. Aku pikir kau tidak akan datang,"kata Akashi saat Kuroko
menghampirinya.
"Aku memang tidak ingin
datang, Sei-kun. Tapi aku tidak tega melihatmu menggigil kedinginan saat
ini,"jawab Kuroko dengan datar.
"Bahkan saat sedang
marah sekalipun kau tetap peduli padaku, Tetsuya. Ah, betapa aku bersyukur karena
menjadi kekasihmu,"kata Akashi sambil tersenyum jenaka.
Kuroko hanya terdiam mendengar
perkataan Akashi. Bahkan tanpa sadar semburah merah terlihat di kedua pipinya.
Akashi yang melihatnya semakin berusaha untuk menggodanya.
"Pipimu terlihat memerah,
Tetsuya. Apa kau merasa kedinginan ? Kalau begitu biarkan aku untuk
memelukmu,"kata Akashi sambil merengkuh Kuroko ke dalam pelukannya.
"Jangan memelukku saat
ini, Sei-kun. Aku sedang sangat marah padamu. Kalau begitu, kau cepat pulanglah. Karena aku juga akan
pulang,"jawab Kuroko sambil menjauh dari Akashi.
Saat Kuroko berbalik
meninggalkannya, Akashi langsung menarik pergelangan tangan Kuroko dan memeluknya.
Dia sama sekali tidak peduli saat Kuroko meronta meminta untuk dilepaskan.
"Jangan memberontak dahulu
seperti itu, Tetsuya. Aku ingin meluruskan kesalahpahamanmu,"kata Akashi
dan semakin mempererat pelukannya.
"Lepaskan aku, Sei-kun.
Kita bisa bicarakan nanti. Aku tidak ingin mendengar apapun darimu saat
ini,"jawab Kuroko masih sambil meronta.
"Aku senang saat mengetahui
jika kau cemburu, Tetsuya. Tapi kumohon untuk kali ini dengarkan dulu alasanku,"pinta
Akashi.
Kuroko langsung terdiam mendengar
perkataan Akashi. Dia tidak salah dengar kan? Seorang Akashi yang terkenal dengan
sifat psikopat dan ego yang tinggi, memohon padanya ? Kuroko merasa sangat aneh
dengan diri Akashi saat ini.
"Jika aku melepaskanmu, maukah kau berjanji untuk tidak lari lagi ?
Aku hanya ingin menjelaskan agar kau tidak salah paham lagi,"tanya Akashi.
Akashi merasakan Kuroko
mengangguk kecil. Lalu dia melepaskan pelukannya dan Kuroko hanya menundukkan
kepalanya. Dia tidak berani menatap iris heterokrom milik Akashi yang mungkin
akan bisa membaca pikirannya.
"Kau hanya salah paham saja,
Tetsuya. Semua yang kau lihat di Sns itu hanya salah paham saja,"kata
Akashi.
"Baiklah jika itu memang
salah paham. Aku mungkin masih bisa memaafkan Sei-kun tentang foto tersebut. Tapi
kenapa Sei-kun tidak mengabariku? "Tanya Kuroko.
"Foto. Pesan. Panggilan
yang tidak terjawab. Itu semua memang sudah kurencanakan. Aku hanya ingin
melihat bagaimana sikapmu saat sedang cemburu seperti itu, dan aku cukup puas dengan
hasilnya,"jawab Akashi sambil tersenyum.
"Tidak perlu sampai seperti
itu bukan ? Setidaknya balas pesanku tadi. Aku benar-benar sangat
khawatir,"kata Kuroko dengan pelan tapi masih cukup untuk didengar Akashi.
"Maafkan aku. Aku janji
ini adalah yang terakhir kalinya. Aku berjanji tidak akan mengulanginya,"jawab
Akashi.
Kuroko hanya menganggukkan kepalanya.
Toh, dia memang tidak pernah bisa marah kepada
kekasih psikopatnya tersebut. Akashi lalu mengajak Kuroko untuk duduk bersama
di pinggir lapangan. Ternyata Akashi sudah menyiapkan kue dan cokelat hangat
(beruntungnya masih hangat). Mereka makan dan bercanda bersama.
"Jadi, apa kau tidak
menyiapkan apapun untukku, Tetsuya
?"tanya Akashi.
Kuroko lalu mengambil biskuit
cokelat yang sudah dia siapkan kemarin dan memberikannya pada Akashi.
"Mungkin rasanya tidak terlalu enak. Tapi aku sudah berusaha untuk
membuatnya."
Akashi menerima bingkisan itu
dan mengusap rambut Kuroko dengan lembut. Yah, kekasih datarnya itu memang
selalu berhasil membuatnya kagum dengan perbuatan yang tidak dia duga.
Saat Kuroko sedang meminum cokelat
hangatnya, Akashi mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna biru dengan pita
merah pada Kuroko. Kuroko memandang kotak itu dan Akashi dengan bingung.
"Ada apa Sei-kun? Ulang tahunku kan sudah lewat,"tanya
Kuroko dengan bingung.
"Ini hadiah white day mu.
Aku tahu jika aku seharusnya memberikan itu 1 bulan lagi. Tapi bulan depan aku tidak
bisa mengunjungimu karena ada sesuatubyang harus kuurus. Jadi aku memberikan
itu sekarang saja,"jawab Akashi. "Bukalah."
Kuroko membuka kotak tersebut
dan terlihat senang walaupun masih ditutupi dengan ekspresi datarnya. Isi
hadiah itu adalah sebuah kalung dengan inisial 'S'. Tapi kenapa harus 'S' ?
"Itu adalah inisial
namaku. Aku juga memakainya dengan huruf 'T',"kata Akashi seakan -akan
tahu apa yang dipikirkan oleh Kuroko.
"Terima kasih banyak, Sei-kun.
Aku mencintaimu,"kata Kuroko sambil memeluk Akashi.
"Sama-sama. Dan aku
lebih menyukaimu ,"jawab Akashi.
Pada akhirnya memang banya
rasa percaya saja dan bisa memaafkan kesalahan yang membuat hubungan kita menjadi
lebih indah. Hubungan tanpa pertengkaran memang terasa hampa. Tapi tentu saja setiap
peretengkaran itu harus diselesaikan dengan kepala dingin.
ăăă
THE END
Author Note:
Sumpah, rasanya
Akashi sama Kuroko kok OOC banget ya ? Maafkan aku yang membuat mereka sangat
OOC seperti itu
OK, sebenarnya ini mau ku post saat hari valentine.
Cumaaaa, saat itu sakit dan sama sekali nggak boleh nyentuh laptop se-inchi
pun. Jadi maaf banget kalau ff ini telaaaaaat banget.
Review kudasai !!!! đ