Konnichiwa, Minna-san... ^^
Kali ini aku akan kembali mem-post fanfic ku. Tapi jangan terkejut jika kalian menemukan fanficku ini di Fanfiction.net...
Karena aku memang sudah mem-post fanficku ini disana...
Tittle : Long Distance Relationship
Author : Lune Sonya
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Genre : Romance, and Drama
Main Cast : Akashi Seijuuro and Kuroko Tetsuya
Rating : T
Summary :
"Karena aku akan selalu menunggu dan percaya, jika Sei-kun tidak akan pernah mengkhianatiku. Bukankah itu adalah resiko dalam hubungan jarak jauh kita ini, hm ?"
Summary :
"Karena aku akan selalu menunggu dan percaya, jika Sei-kun tidak akan pernah mengkhianatiku. Bukankah itu adalah resiko dalam hubungan jarak jauh kita ini, hm ?"
Pada sebuah pagi yang sangat
damai, terlihat seorang anak laki-laki dengan rambut baby blue masih terlelap
di alam mimpinya. Anak laki-laki itu adalah Kuroko Tetsuya. Karena hari ini
adalah akhir pekan, jadi orang tuanya membolehkannya untuk bangun siang. Tapi
ketenangan itu langsung berubah saat handphone Kuroko berbunyi . Dengan malas,
Kuroko mengangkat telepon tersebut.
“Moshi-moshi,”kata Kuroko dengan
suara yang parau khas orang yang baru saja bangun tidur.
“Jangan hanya karena hari ini
akhir pekan, kamu bisa bermalas-malasan seperti ini, Tetsuya,”jawab suara di
seberang telepon.
“Aku tidur terlalu larut kemarin
malam, Sei-kun. Jadi wajar bagiku kalau aku bermalas-malasan hari ini,”jawab Kuroko
berusaha menutupi rasa terkejutnya tadi.
“Tapi lebih baik kamu tidak
bermalas-malasan seperti itu, Tetsuya,”kata Akashi Seijuuro atau kekasih dari
Kuroko Tetsuya. “Selain itu, apa kamu tidak merindukanku sama sekali, Tetsuya
?”
Mendengar pertanyaan Akashi,
wajah Kuroko langsung memerah. Tentu saja dia rindu dengan kekasihnya tersebut.
Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Terakhir kali mereka bertemu adalah setelah
pertandingan Winter Cup, dan itupun sudah cukup lama. Mana mungkin dia tidak
merindukannya.
“Sei-kun tidak perlu bertanya
tentang apapun lagi padaku. Bukankah Sei-kun sendiri tahu apa jawabannya
?”jawab Kuroko.
“Bila aku memang sudah
mengetahuinya, tapi bukankah lebih bagus jika aku mendengarnya langsung darimu,
Tetsuya ?”goda Akashi.
Wajah Kuroko kembali memerah, dan
dia berani bersumpah kalau sekarang Akashi sedang menahan tawanya. “A-aku
sangat merindukanmu… Sei-kun.”
“Aku juga merindukanmu. Mungkin
lebih dari apa yang kau rindukan,”jawab Akashi di seberang sana.
“Tetsuya ! Cepat bangun dan
bantu ibu !”panggil ibunya.
“Sepertinya ada panggilan
untukmu, Tetsuya. Bagaimana kalau kita lanjutkan nanti siang saja ?”kata
Akashi.
“Baiklah, Sei-kun. Aku akan
menunggumu,”jawab Kuroko sebelum Akashi mematikan teleponnya.
Kuroko dengan segera menyimpan
ponselnya di meja belajarnya, dan dengan segera menghampiri ibunya. Ternyata
ibunya memintanya untuk membelikan beberapa bahan-bahan makanan karena
baha-bahan makanan mereka sudah menipis. Kuroko sendiri mengangguk dan dengan
segera mandi. Setelah itu dia memakai celana jeans panjang, kaos putih polos
dan kemeja kotak-kotak berwarna biru yang tidak dia kancingkan.
“Aku berangkat dulu,
Okaa-san,”pamit Kuroko sambil memakai sepatunya.
“Tidak perlu terburu-buru,
Tetsu-chan. Kenapa kamu tidak sarapan dulu saja ?”jawab ibunya dari dapur.
“Aku tidak terlalu lapar,
Okaa-san. Aku juga berencana membeli vanilla milkshake sepulang nanti,”jawab
Kuroko.
“Baiklah kalau begitu,
itterashai !”
Udara masih terasa sejuk,
setidaknya Kuroko tidak benar-benar bangun terlalu siang. Dengan langkah yang
cepat, dia menuju ke tempat perbelanjaan. Cukup lama dia berada di sana karena
ternyata cukup banyak juga yang harus dibeli. Setelah selesai membeli pesanan
ibunya, dengan segera dia menuju ke Maji Burger. Dia ingin segera merasakan
segarnya vanilla milkshake yang akan membasahi kerongkongannya.
“Oi Kuroko !”panggil seseorang
saat Kuroko baru saja keluar dari Maji Burger dengan salah satu tangan membawa
minuman kesayangannya. Orang itu adalah Kagami.
“Ohayou gozaimasu,
Kagami-kun,”jawab Kuroko. “Apa yang sedang Kagami-kun lakukan di sini sendirian
pada saat hari masih belum siang ?”
“Aku sedang bertanding
one-on-one dengan Aomine. Kami berdua bertaruh dan yang kalah harus membelikan
makan siang,”jawab Kagami.
“Oh jadi Kagami-kun kalah ya ?
Bagus sekali,”jawab Kuroko dengan datar.
“Apa maksudmu dengan ‘bagus
sekali’ itu, Kuroko ? Apa sekarang kamu sedang menghinaku ?”Tanya Kagami dengan
kesal. Entah kenapa setiap perkataan Kuroko selalu berhaasil membuatnya kesal.
“Lupakan apa yang aku katakan
tadi, Kagami-kun. Maaf, tapi aku harus pergi dulu. Matta ashita,”kata Kuroko.
Sesampainya di rumah, dia
memberikan belanjaannya tadi pada ibunya. Setelah itu, baru dia memakan sarapan
yang sudah dibuatkan ibunya tadi. Selesai merapikan peralatan makannya, Kuroko
menuju ke kamarnya. Ternyata Akashi sudah mengirim pesan padanya.
From : Sei-kun
Kalau kamu sudah selesai dengan urusanmu,
bisakah kamu pergi ke taman yang berada di dekat Teiko ? Hari ini adalah hari
dimana kita pertama kali menjadi sepasang kekasih. Setelah sampai disana, aku
akan meneleponmu.
p.s : aku tidak menerima penolakan darimu,
Tetsuya.
Kuroko memandang pesan Akashi
dengan bingung. Hingga akhirnya dia teringat jika hari ini adalah hari jadi
mereka. Kuroko sedikit sedih karena tidak bisa bertemu dengan Akashi seperti
biasanya di hari yang istimewa seperti ini. Tapi walaupun begitu, dia tetap
pergi kesana. Dia berpamitan dulu dengan ibunya, dan dengan segera melesat
kesana. Tepat setelah dia sampai di taman tersebut, ponselnya kembali berbunyi.
“Kenapa Sei-kun tahu jika aku
sudah sampai di taman ?”Tanya Kuroko dengan heran. Dia lalu duduk di kursi
taman yang terletak di bawah pohon.
“Aku selalu tahu segalanya
tentangmu, Tetsuya. Apa kamu meragukanku ?”Akashi balik bertanya dengan nada
jenaka.
“Tidak. Aku sama sekali tidak
pernah meragukanmu, Sei-kun,”jawab Kuroko dengan datar.
Kuroko POV
Aku selalu menantikan telepon
atau pesan dari Sei-kun. Tapi aku lama-kelamaan mulai bosan dengan hubungan
kami. Aku mulai meragukan hubungan kami. Dapatkah kami bertahan dengan hubungan
jarak jauh seperti ini ? Bukannya aku tidak percaya dengan Sei-kun sama sekali.
Tapi untuk saat ini saja aku ingin sekali bertemu dengan Sei-kun. Hari ini
saja. Aku ingin memeluknya. Aku ingin menatap matanya. Aku ingin mendengar
suaranya secara langsung. Hanya untuk hari ini saja. Di hari yang istimewa bagi
kami berdua seperti ini.
“Tetsuya, katakan padaku apa
yang sedang kamu pikirkan ?”Tanya Sei-kun dari seberang sana. Aku bisa
mendengar suaranya yang terdengar seperti khawatir.
“Tidak apa-apa, Sei-kun. Aku
baik-baik saja. Tidak perlu terdengar khawatir seperti itu ?”aku berusaha
menjawabnya dengan biasa. Tak tahukah dia bahwa mungkin sebentar lagi air
mataku ini mungkin akan jatuh ?
“Jangan berkata ‘aku baik-baik’
saja, saat kamu sedang merasa sedih, Tetsuya,”jawab Sei-kun. “Jadi, bisa kamu
katakan padaku, kenapa kamu terlihat sedih seperti itu ?”
“Sei-kun… aku benar-benar
merindukanmu. Tidak dapatkah kita bertemu untuk hari ini ? Di hari istimewa
kita ini ?”aku sudah benar-benar tidak bisa menahan air mataku lagi. Sei-kun
sendiri masih diam, seperti masih menantikan apa yang akan kukatakan
selanjutnya.
“Aku benar-benar ingin bertemu
denganmu, Sei-kun. Aku ingin memelukmu. Aku ingin mendengar suaramu secara
langsung. Aku benar-benar ingin… bertemu denganmu, Sei-kun. Aku ingin kamu
berdiri di hadapanku saat ini,”mungkin saat ini Sei-kun akan berpikir bahwa aku
adalah orang yang lemah.
“Tetsuya, apa kamu sedang
meragukan hubungan kita saat ini ?”Tanya Sei-kun.
“Aku sama sekali tidak meragukan
hubungan kita ini, Sei-kun. Aku hanya ingin bertemu denganmu saat ini. Aku
benar-benar merindukanmu,”peganganku pada ponsel mulai terjatuh.
Aku sudah tidak memperdulikan
apapun lagi. Sudah runtuh pertahananku untuk tidak menangis. Padahal aku sudah
berjanji pada Sei-kun jika aku tidak akan pernah menangis lagi saat Sei-kun
tidak ada di sisiku.
“Jangan pernah menangis lagi,
Tetsuya. Aku sudah mengabulkan permintaanmu untuk berdiri di hadapanmu,”sebuah
suara yang sangat mirip dengan suara Sei-kun. Tapi bukankah ponselku saat ini
sudah terjatuh.
“Jangan terus melihat ke bawah,
Tetsuya. Lihatlah lurus ke depan dan kau akan melihatku.
Kuroko End POV
Kuroko menatap ke arah Akashi
dengan tak percaya. Itu benar-benar Akashi. Kuroko berdiri dan menghampiri
Akashi yang masih memasang senyumannya pada Kuroko. Kuroko langsung memeluk
Akashi dengan erat. Apabila Akashi tidak mempunyai reflek yang bagus, bisa
dipastikan kalau mereka akan terjatuh. Tapi kali ini yang kita bicarakan adalah
Akashi Seijuuro yang mempunyai kemampuan manusia di atas rata-rata. Kuroko
sendiri memeluk Akashi dengan erat sampai menangis.
“Aku tidak tahu jika kau sangat
merindukanku, Tetsuya,”kata Akashi sambil membalas pelukan Kuroko.
Kuroko sama sekali tidak
menjawab apapun. Dia masih memeluk Akashi dengan erat dan enggan untuk
melepaskannya. Hingga pada akhirnya, Akashi menuntun mereka untuk kembali ke
tempat di mana Kuroko duduk tadi. Kuroko sendiri sudah melepaskan pelukannya
dan menundukkan kepalanya.
“Bukankah sudah kukatakan padamu
untuk jangan melihat ke bawah, Tetsuya. Lihatlah lurus ke depan,”kata Akashi.
Dia mengangkat wajah Tetsuya, hingga kedua manik biru Kuroko menatap sepasang
manik heterokom milik Akashi.
“Aku benar-benar merasa senang
sekali melihatmu, Sei-kun. Kupikir ini semua adalah mimpi. Jika aku terbangun,
apa yang akan terjadi ?”Tanya Kuroko.
“Ini semua bukanlah mimpi. Ini
adalah kenyataan,”jawab Akashi dengan nada jenaka.
“Terima kasih sudah mengabulkan
permintaanku selama ini, Sei-kun. Aku benar-benar berterima kasih padamu,
Sei-kun,”kata Kuroko sambil tersenyum.
“Tidak perlu untukmu mengatakan
apa yang kau inginkan. Hanya dengan melihat matamu saja aku sudah tahu apa yang
kau pikirkan. Karena wajah datarmu itu mudah untuk dibaca, Tetsuya,”jawab
Akashi.
“Jangan menggodaku seperti itu,
Sei-kun,”kata Kuroko sambil memalingkan mukanya.
Setelah itu, mereka habiskan
hari istimewa itu dengan bersama-sama. Seharian penuh mereka bermain bersama.
Hingga tak terasa hari sudah malam. Akashi meminta maaf pada Kuroko karena
tidak bisa menginap. Kuroko sendiri hanya mengangguk. Dia mengerti dengan
posisi dan kesibukan Akashi disana.
“Jangan menangis lagi jika aku
tidak ada disini. Karena aku juga merasakan apa yang sedang kamu rasakan,”kata Akashi sambil memeluk
Kuroko.
“Un, aku akan berusaha,
Akashi-kun,”jawab Kuroko.
Sebuah hubungan itu terjadi
bukan hanya karena sebuah cinta saja. Tetapi juga terbentuk dari rasa
kepercayaan. Terutama apabila itu adalah hubungan jarak jauh. Kita harus
mempercayai apa yang dikatakan oleh kekasih kita. Karena pasti sesibuk apapun
dia, jika demi dirimu mungkin dia akan mengorbankan semuanya untuk bisa
melihatmu tersenyum melihat kehadirannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
END